"Pak, Insyaalloh Tgl 1 Oktober Argo udah jalan,
ya Pak argo CPNS yang insyaalloh saya dapet gaji gak cuma 850rb sebulan..
saya cpns pak, insyaalloh bentar lg PNS,
bisa ngidupin diri sendiri dan anak bapak, insyaalloh"
kalimat terakhir adalah apa yang tak berani tersampaikan
juga dengan kalimat
"Pak saya mencintai anak bapak Karena Alloh, maka saya meminta izin dari bapak agar ridho Alloh itu bisa kami dapat,
ya pak, saya melamar anak bapak
menikahnya bisa nanti setelah teteh, anak kedua bapak lebih dulu menikah
kami bisa bersabar pak menunggu teteh, insyaalloh"
itu
kalimat itu cuma terucap dalam hati
tertunda untuk yang kesekian kali, lagi dan lagi..
membuat ketidakjelasan apa yang terjadi antara saya dan anak si bapak itu terus berlanjut.
Hanya pernikahanlah satu-satunya Hubungan antara saya dan anak bapak itu yang Sah dan diridhoi di mata Alloh
tapi saya terlalu takut dengan bagaimana masa depan akan terjadi
saya tidak takut jika tidak menjadi PNS
saya hanya takut, bagaimana menunaikan kewajiban menafkahi istri, jikalau kewajiban menafkahi sendiri saja masih jauh dari kata layak
bukankah rezeki Alloh berlimpah dan tersebar di seluruh penjuru bumi?
ya memang, tapi...
semakin banyak kata tapi semakin jauh dari mimpi
mimpi tentang bagaimana kami berbahagia berdua membangun sebuah istana penuh berkah yang bernama keluarga
tak apa mungkin,
hanya beberapa balikan rembulan lagi sebelum saya berani,
mengutarakan apa yg disebut keinginan dan janji
bahwa saya akan menikahi si putri bapak itu, tentu saja setelah ia lulus, dan kakak perempuannya lebih dulu menikah
semoga
ya semoga
saya hanya bisa berdo'a sembari mempersiapkan diri
karena peperangan dengan kehidupan yang keras baru saja dimulai
NB:
dibuat dengan penuh kesadaran dan semangat untuk jadi lebih baik lagi
ya Pak argo CPNS yang insyaalloh saya dapet gaji gak cuma 850rb sebulan..
saya cpns pak, insyaalloh bentar lg PNS,
bisa ngidupin diri sendiri dan anak bapak, insyaalloh"
kalimat terakhir adalah apa yang tak berani tersampaikan
juga dengan kalimat
"Pak saya mencintai anak bapak Karena Alloh, maka saya meminta izin dari bapak agar ridho Alloh itu bisa kami dapat,
ya pak, saya melamar anak bapak
menikahnya bisa nanti setelah teteh, anak kedua bapak lebih dulu menikah
kami bisa bersabar pak menunggu teteh, insyaalloh"
itu
kalimat itu cuma terucap dalam hati
tertunda untuk yang kesekian kali, lagi dan lagi..
membuat ketidakjelasan apa yang terjadi antara saya dan anak si bapak itu terus berlanjut.
Hanya pernikahanlah satu-satunya Hubungan antara saya dan anak bapak itu yang Sah dan diridhoi di mata Alloh
tapi saya terlalu takut dengan bagaimana masa depan akan terjadi
saya tidak takut jika tidak menjadi PNS
saya hanya takut, bagaimana menunaikan kewajiban menafkahi istri, jikalau kewajiban menafkahi sendiri saja masih jauh dari kata layak
bukankah rezeki Alloh berlimpah dan tersebar di seluruh penjuru bumi?
ya memang, tapi...
semakin banyak kata tapi semakin jauh dari mimpi
mimpi tentang bagaimana kami berbahagia berdua membangun sebuah istana penuh berkah yang bernama keluarga
tak apa mungkin,
hanya beberapa balikan rembulan lagi sebelum saya berani,
mengutarakan apa yg disebut keinginan dan janji
bahwa saya akan menikahi si putri bapak itu, tentu saja setelah ia lulus, dan kakak perempuannya lebih dulu menikah
semoga
ya semoga
saya hanya bisa berdo'a sembari mempersiapkan diri
karena peperangan dengan kehidupan yang keras baru saja dimulai
NB:
dibuat dengan penuh kesadaran dan semangat untuk jadi lebih baik lagi
No comments:
Post a Comment